I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Perubahan pemanfaatan daerah pinggir
sungai oleh penduduk akan berpengaruh terhadap kualitas air, yang sudah tentu
akan berpengaruh terhadap kandungan kimia sungai. Air yang masuk ke sungai banyak dipengaruhi
oleh vegetasi sekitar daerah tangkapan air.
Air ini akan membawa partike ltanah dan mineral tanah dari darat ke
sungai. Akibatnya, bila terjadi
perubahan di daerah tangkapan air maka faktor kimia air sungai akan terpengaruh.
Usaha budidaya ikan sejak dahulu
telah ada. Dalam kegiatannya, manusia
selalu meningkatkan produksi agar mendapatkan hasil yang terbaik. Agar hasil budidaya ikan dapat tercapai
secara maksimal, kita perlu memperhatikan kualitas air khusunya alkalinitas.
Oleh karena itu, praktikum Limnologi
tentang alkalinitas dilaksanakan agar dapat mengetahui kadar atau koondisi yang
cocok untuk kegiatan budidaya ikan.
1.2 Tujuan dan
Kegunaan
Tujuan dari praktikum Limnologi
tentang alkalinitas yaitu agar mahasiswa dapat mempelajari cara mentitrasi dan
kadar alkalinitas yang baik untuk kegiatan budidaya.
Kegunaan dari praktikum Limnologi
tentang alkalinitas yaitu untuk mengetahui kadar yang baik untuk budidaya ikan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Afrianto dan Liviawati (1992),
tidak ada air yang agak alkalis (basa) akan lebih capet mendorong terjadinya
proses pembongkaran bahan-bahan organik menjadi garam-garam mineral seperti
amoniak, nitrat, dan fosfat.
Alkalinitas
adalah suatu kemampuan untuk menetralkan kadar keasaman disuatu perairan atau
tambak budidaya yang umumnya sangat ditentukan oleh ion-ion karbonat dan
bikarbonat (Rompas, 1998).
Alaklinitas biasanya dinyatakan
dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih
dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang
dari 100 ppm disebut lunak atau tingkat alkalinitasnya sedang
Ketersediaan ion basa karbonat dan
bikarbonat merupakan parameter total lakalinitas dalam air tambak dan kolam
sanagt penting, karena alkalinitas tidak hanya berpengaruh langsung terhadap
pertumbuhan plankton, tetapi juga mempengaruhi parameter kualitas air yang lain
yaitu pH air yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi budidayan (Kordi,
2004).
Untuk tumbuhan optimal, plankton
menghendaki otal alkalinitas sekitar 80-120 ppm. Pada kisaran total alkalinitas kurang atau
lebih dari kisaran tersebut, pertumbuhan plankton terhambat. Akan tetapi, bukan hanya total alkalinitas
yang dapat menghambat pertumbuhan plankton tetapi parameter kualitas air yang
lain, yaitu pH (http://id.wikipedia.org/wiki/kalsium_hidroksida).
Persentase ion-ion utama yang
terdapat dalam perairan tawar dan laut ditunjukkan dalam table berikut :
(Kordi, 2004).
Ion-ion Utama
|
Persentase (%)
|
|
Air Tawar
|
Air Laut
|
|
Kation :
1. kalsium
|
60,9
|
3,2
|
2. Magnesium
|
19,0
|
10,1
|
3.
Sodium/Natrium
|
16,6
|
83,7
|
4. Kalium
|
3,5
|
3,0
|
Anion :
1. Bikarbonat
dan Karbonat
|
72,4
|
0,6
|
2. Sulfat
|
16,1
|
12,2
|
3. Klorida
|
11,5
|
87,2
|
Fluktuasi harian pada perubahan pH
pada nilai alkalinitas yang berbeda, mengakibatkan pH yang terjadi paada
perairan yang memiliki nilai alkalinitas rendah cukup besar, sedangkan
perubahan pH yang terjadi pada perairan yang memilki nilai alkalinitas sedang
relative rendah. Sehingga alakilinitas
yang lebih tinggi memiliki sistem penyangga yang lebih baik (Suyanto, 1995).
III. METODE PRAKTEK
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum Limnologi tentang Alkalinitas
dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 30 Oktober 2008 yang dimulai pada pukul
12.00 sampai dengan selesai. Bertempat
di Laboratorium Budidaya Perairan, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,
Universitas Tadulako.
3.2
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum
Limnologi tentang Alkalinitas yaitu:
Ø
Labu Erlenmeyer 50-125 ml
Ø
Labu semprot
Ø
Gelas ukur
Ø
Pipet tetes
Ø
Buret
Bahan yang digunakan dalam
praktikum Limnologi tentang Alkalinitas yaitu :
Ø
Larutan H2SO4
Ø
Larutan indicator PP (Phenolphthalein)
Ø
Larutan indicator MO (Methyl Orange)
3.3
Prosedur Kerja
3.3.1 Tidak Terdapat PP
Alkalinitas
Ø
Pertama-tama kita masukkan air sample ke dalam
gelas ukur sebanyak 50 ml.
Ø
Menambahkan larutan indikator PP sebanyak 5
tetes ke dalam air sample.
Ø
Apabila tidak terjadi perubahan warna pada air
sample tersebut berarti tidak terdapat PP Alkalinitas.
Ø
Kemudian menambahkan 5 tetes larutan indikator
Methyl Orange.
Ø
Setelah itu, titrasi dengan menggunakan larutan
H2SO4 dari berwarna kuning samapi berubah menjadi warna
orange.
Ø
Catat H2SO4 yang digunakan
(M).
3.3.2
Terdapat PP
Alkalinitas
Ø
Pertama-tama kita masukkan air sample ke dalam
gelas ukur sebanyak 50 ml.
Ø
Menambahkan larutan indikator PP sebanyak 5
tetes ke dalam air sample.
Ø
Apabila terjadi perubahan warna pada air sample
tersebut dari warna bening menjadi pink, maka sample tersebut terdapat PP
Alkalinitas.
Ø
Kemudian titrasi dengan mengguanakan larutan H2SO4,
samapi warna pink berubah menjadi warna bening.
Ø
Mencatat Larutan H2SO4
yang digunakan (P).
Ø
Menambahkan 5 tetes larutan indikator Methyl
Orange.
Ø
Setelah itu titrasi kembali larutan tersebut
dengan menggunakan larutan H2SO4 sampai larutan berwarna
orange.
Ø
Mencatat larutan H2SO4
yang digunakan (B).
3.4 Analisis Data
3.4.1
Tidak Terdapat PP Alkalinitas
PP Alkalinitas =
(P)(N)(50)(1000) mg/L CaCO3
v
Keterangan : P =
Volume peniter (H2SO4 dalam ml)
N = Normalitas peniter (H2SO4
0,02 N)
v
= Volume air sample (ml)
50
= Berat molekul CaCO3
1000
= Perubahan liter ke milliliter
3.4.2
Terdapat PP Alkalinitas
Total
Alkalinitas = (M atau P + B)(N)(50)(1000) mg/L CaCO3
v
Keterangan :M,P,B = Volume peniter (H2SO4
dalam ml) N = Normalitas peniter (H2SO4
0,02 N)
V = Volume air sample (ml)
50
= Berat molekul CaCO3
1000
=
Perubahan liter ke milliliter
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Berdasarkan praktek yang
dilaksanakan di Laboratorium, di dapatkan hasil sebagai berikut :
4.2
Pembahasan
Berdasarkan hasil praktek di atas,
maka kita dapat mengetahui bahwa air sample yang diamati dapat dikatakan bersifat
alkali karena adanya kandungan CaCO3 di dalam air sample yang lebih
dari 100 mg/l. sebagai mana kita ketahui
Alkalinitas adalah kosentrasi total dari unsur basa-basa yang terkandung dalam
air dan biasa dinyatakan dalam mg/l atau setara dengan kalsium karbonat (CaCO3). Dalam air basa-basa yang terkandung biasanya
dalam bentuk ion karbonat dan bikarbonat (Kordi, 2004).
Menurut Effendi (2003), Bikarbonat,
karbonat, dan hidroksida merupakan sumber utama penyusun alkalinitas suatu
perairan. Kation yang mendominasi
perairan tawar adalah kalsium dan magnesium, sedangkan perairan laut adalah
sodium dan magnesium. Anion utama pada
perairan tawar adalah bikarbinat dan karbonat, sedangkan perairan laut adalah
klorida.
Menurut Suyanto (1995), pada siang
sampai sore hari nilai pH air cenderung meningkat dan total alkalinitas
menurun. Hal ini disebbakan karena pada
siang sampai sore hari CO2 dalam air bersifat asam digunakan
fitoplankton untuk proses fotosintesis.
Sebaliknya pada malam sampai pagi hari nilai pH air menurun dan total
alkalinitas meningkat, dikarenakan fitoplankton tidak aktif melakukan
fotosintesis sehingga CO2 yang dihasilkantidak terpakai .
Alkalinitas bersifat buffer atau
kapasitas penyangga terhadap perubahan pH air yang sangat draktis. Sehingga organisme-organisme yang terdapat di
dalam suatu perairan dapat mentolelir setiap perubahan yang terjadi (www.iptek.net.id).
Untuk tumbuhan optimal, plankton
menghendaki total alkalinitas sekitar 80-120 ppm. Pada kisaran total alkalinitas kurang atau
lebih dari kisaran tersebut, pertumbuhan plankton terhambat. Akan tetapi, bukan hanya total alkalinitas
yang dapat menghambat pertumbuhan plankton tetapi parameter kualitas air yang
lain, yaitu pH (http://id.wikipedia.org/wiki/kalsium_hidroksida).
Nilai alkalinitas berkisar antara
30-500 mg/l. nilai alkalinitas di
perairan berkisar antara 5 hingga ratusan mg/l.
nilai alkalinitas yang alami pada perairan adalah 400 mg/l. perairan dengan nilai >40 mg/l disebut
sadah, sedangkan perairan dengan nilai <40 mg/l disebut lunak (Effendi,
2003).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagi berikut :
1.
Alkalinitas adalah kosentrasi total dari unsur
basa-basa yang terkandung dalam air dan biasa dinyatakan dalam mg/l atau setara
dengan kalsium karbonat (CaCO3).
2.
Bikarbonat, karbonat, dan hidroksida merupakan sumber
utama penyusun alkalinitas suatu perairan.
3.
Alkalinitas bersifat buffer atau kapasitas penyangga
terhadap perubahan pH air yang sangat draktis.
4.
Syarat optimal alkalinitas untuk budidaya yaitu, total alkalinitas
sekitar 80-120 ppm.
5.2
Saran
Saran saya sebagai praktikan yaitu
agar dalam usaha budidaya kisaran alkalinitas yang baik yaitu tidak di bawah
100 ppm.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E., dan Liviawati, E., 1992.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Ikan. Kanisius, Yogyakarta.
Effendi, H., 2003. Telaah
Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.
Kordi, 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Rineka Cipta dan Bina Adiaksara, Jakarta.
Suyanto, 1995. Budidaya
Udang Windu. Swadaya, Jakarta.