Minggu, 03 Februari 2013

LAPORAN LIMNOLOGI (ALKALINITAS)


I.  PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
            Perubahan pemanfaatan daerah pinggir sungai oleh penduduk akan berpengaruh terhadap kualitas air, yang sudah tentu akan berpengaruh terhadap kandungan kimia sungai.  Air yang masuk ke sungai banyak dipengaruhi oleh vegetasi sekitar daerah tangkapan air.  Air ini akan membawa partike ltanah dan mineral tanah dari darat ke sungai.  Akibatnya, bila terjadi perubahan di daerah tangkapan air maka faktor kimia air sungai akan terpengaruh.
            Usaha budidaya ikan sejak dahulu telah ada.  Dalam kegiatannya, manusia selalu meningkatkan produksi agar mendapatkan hasil yang terbaik.  Agar hasil budidaya ikan dapat tercapai secara maksimal, kita perlu memperhatikan kualitas air khusunya alkalinitas.
            Oleh karena itu, praktikum Limnologi tentang alkalinitas dilaksanakan agar dapat mengetahui kadar atau koondisi yang cocok untuk kegiatan budidaya ikan.
1.2  Tujuan dan Kegunaan
            Tujuan dari praktikum Limnologi tentang alkalinitas yaitu agar mahasiswa dapat mempelajari cara mentitrasi dan kadar alkalinitas yang baik untuk kegiatan budidaya.
            Kegunaan dari praktikum Limnologi tentang alkalinitas yaitu untuk mengetahui kadar yang baik untuk budidaya ikan.
II.  TINJAUAN PUSTAKA
            Menurut Afrianto dan Liviawati (1992), tidak ada air yang agak alkalis (basa) akan lebih capet mendorong terjadinya proses pembongkaran bahan-bahan organik menjadi garam-garam mineral seperti amoniak, nitrat, dan fosfat.
Alkalinitas adalah suatu kemampuan untuk menetralkan kadar keasaman disuatu perairan atau tambak budidaya yang umumnya sangat ditentukan oleh ion-ion karbonat dan bikarbonat (Rompas, 1998).
            Alaklinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3).  Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut lunak atau tingkat alkalinitasnya sedang
            Ketersediaan ion basa karbonat dan bikarbonat merupakan parameter total lakalinitas dalam air tambak dan kolam sanagt penting, karena alkalinitas tidak hanya berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan plankton, tetapi juga mempengaruhi parameter kualitas air yang lain yaitu pH air yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi budidayan (Kordi, 2004).
            Untuk tumbuhan optimal, plankton menghendaki otal alkalinitas sekitar 80-120 ppm.  Pada kisaran total alkalinitas kurang atau lebih dari kisaran tersebut, pertumbuhan plankton terhambat.  Akan tetapi, bukan hanya total alkalinitas yang dapat menghambat pertumbuhan plankton tetapi parameter kualitas air yang lain, yaitu pH (http://id.wikipedia.org/wiki/kalsium_hidroksida).
            Persentase ion-ion utama yang terdapat dalam perairan tawar dan laut ditunjukkan dalam table berikut : (Kordi, 2004).
Ion-ion Utama
Persentase (%)

Air Tawar
Air Laut
Kation :
1. kalsium

60,9

3,2
2. Magnesium
19,0
10,1
3. Sodium/Natrium
16,6
83,7
4. Kalium
3,5
3,0
Anion :
1. Bikarbonat dan Karbonat

72,4

0,6
2. Sulfat
16,1
12,2
3. Klorida
11,5
87,2
            Fluktuasi harian pada perubahan pH pada nilai alkalinitas yang berbeda, mengakibatkan pH yang terjadi paada perairan yang memiliki nilai alkalinitas rendah cukup besar, sedangkan perubahan pH yang terjadi pada perairan yang memilki nilai alkalinitas sedang relative rendah.  Sehingga alakilinitas yang lebih tinggi memiliki sistem penyangga yang lebih baik (Suyanto, 1995).
III.  METODE PRAKTEK
3.1  Waktu dan Tempat
            Praktikum Limnologi tentang Alkalinitas dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 30 Oktober 2008 yang dimulai pada pukul 12.00 sampai dengan selesai.  Bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako.
3.2  Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan dalam praktikum Limnologi tentang Alkalinitas yaitu:
Ø  Labu Erlenmeyer 50-125 ml
Ø  Labu semprot
Ø  Gelas ukur
Ø  Pipet tetes
Ø  Buret
      Bahan yang digunakan dalam praktikum Limnologi tentang Alkalinitas yaitu :
Ø  Larutan H2SO4
Ø  Larutan indicator PP (Phenolphthalein)
Ø  Larutan indicator MO (Methyl Orange)
3.3  Prosedur Kerja
       3.3.1  Tidak Terdapat PP Alkalinitas
Ø  Pertama-tama kita masukkan air sample ke dalam gelas ukur sebanyak 50 ml.
Ø  Menambahkan larutan indikator PP sebanyak 5 tetes ke dalam air sample.
Ø  Apabila tidak terjadi perubahan warna pada air sample tersebut berarti tidak terdapat PP Alkalinitas.
Ø  Kemudian menambahkan 5 tetes larutan indikator Methyl Orange.
Ø  Setelah itu, titrasi dengan menggunakan larutan H2SO4 dari berwarna kuning samapi berubah menjadi warna orange.
Ø  Catat H2SO4 yang digunakan (M).
3.3.2        Terdapat PP Alkalinitas
Ø  Pertama-tama kita masukkan air sample ke dalam gelas ukur sebanyak 50 ml.
Ø  Menambahkan larutan indikator PP sebanyak 5 tetes ke dalam air sample.
Ø  Apabila terjadi perubahan warna pada air sample tersebut dari warna bening menjadi pink, maka sample tersebut terdapat PP Alkalinitas.
Ø  Kemudian titrasi dengan mengguanakan larutan H2SO4, samapi warna pink berubah menjadi warna bening.
Ø  Mencatat Larutan H2SO4 yang digunakan (P).
Ø  Menambahkan 5 tetes larutan indikator Methyl Orange.
Ø  Setelah itu titrasi kembali larutan tersebut dengan menggunakan larutan H2SO4 sampai larutan berwarna orange.
Ø  Mencatat larutan H2SO4 yang digunakan (B).
3.4  Analisis Data
       3.4.1  Tidak Terdapat PP Alkalinitas
                  PP Alkalinitas          =  (P)(N)(50)(1000) mg/L CaCO3
                                                                    v
                  Keterangan       :   P = Volume peniter (H2SO4 dalam ml)
                                               N = Normalitas peniter (H2SO4 0,02 N)
                                               v  =  Volume air sample (ml)
                                            50   =  Berat molekul CaCO3
                                         1000  =  Perubahan liter ke milliliter
       3.4.2  Terdapat PP Alkalinitas
                  Total Alkalinitas  =  (M atau P + B)(N)(50)(1000) mg/L CaCO3
                                                                          v
                   Keterangan :M,P,B = Volume peniter (H2SO4 dalam ml)                                                             N    =     Normalitas peniter (H2SO4 0,02 N)
                                                  V    =     Volume air sample (ml)
                                                  50   =     Berat molekul CaCO3
                                              1000   =     Perubahan liter ke milliliter
IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil
            Berdasarkan praktek yang dilaksanakan di Laboratorium, di dapatkan hasil sebagai berikut :
4.2  Pembahasan
            Berdasarkan hasil praktek di atas, maka kita dapat mengetahui bahwa air sample yang diamati dapat dikatakan bersifat alkali karena adanya kandungan CaCO3 di dalam air sample yang lebih dari 100 mg/l.  sebagai mana kita ketahui Alkalinitas adalah kosentrasi total dari unsur basa-basa yang terkandung dalam air dan biasa dinyatakan dalam mg/l atau setara dengan kalsium karbonat (CaCO3).  Dalam air basa-basa yang terkandung biasanya dalam bentuk ion karbonat dan bikarbonat (Kordi, 2004).
            Menurut Effendi (2003), Bikarbonat, karbonat, dan hidroksida merupakan sumber utama penyusun alkalinitas suatu perairan.  Kation yang mendominasi perairan tawar adalah kalsium dan magnesium, sedangkan perairan laut adalah sodium dan magnesium.  Anion utama pada perairan tawar adalah bikarbinat dan karbonat, sedangkan perairan laut adalah klorida.
            Menurut Suyanto (1995), pada siang sampai sore hari nilai pH air cenderung meningkat dan total alkalinitas menurun.  Hal ini disebbakan karena pada siang sampai sore hari CO2 dalam air bersifat asam digunakan fitoplankton untuk proses fotosintesis.  Sebaliknya pada malam sampai pagi hari nilai pH air menurun dan total alkalinitas meningkat, dikarenakan fitoplankton tidak aktif melakukan fotosintesis sehingga CO2 yang dihasilkantidak terpakai .
            Alkalinitas bersifat buffer atau kapasitas penyangga terhadap perubahan pH air yang sangat draktis.  Sehingga organisme-organisme yang terdapat di dalam suatu perairan dapat mentolelir setiap perubahan yang terjadi (www.iptek.net.id).
            Untuk tumbuhan optimal, plankton menghendaki total alkalinitas sekitar 80-120 ppm.  Pada kisaran total alkalinitas kurang atau lebih dari kisaran tersebut, pertumbuhan plankton terhambat.  Akan tetapi, bukan hanya total alkalinitas yang dapat menghambat pertumbuhan plankton tetapi parameter kualitas air yang lain, yaitu pH (http://id.wikipedia.org/wiki/kalsium_hidroksida).
            Nilai alkalinitas berkisar antara 30-500 mg/l.  nilai alkalinitas di perairan berkisar antara 5 hingga ratusan mg/l.  nilai alkalinitas yang alami pada perairan adalah 400 mg/l.  perairan dengan nilai >40 mg/l disebut sadah, sedangkan perairan dengan nilai <40 mg/l disebut lunak (Effendi, 2003).
V.  KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
            Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagi berikut :
1.      Alkalinitas adalah kosentrasi total dari unsur basa-basa yang terkandung dalam air dan biasa dinyatakan dalam mg/l atau setara dengan kalsium karbonat (CaCO3).
2.      Bikarbonat, karbonat, dan hidroksida merupakan sumber utama penyusun alkalinitas suatu perairan.
3.      Alkalinitas bersifat buffer atau kapasitas penyangga terhadap perubahan pH air yang sangat draktis.
4.      Syarat optimal alkalinitas  untuk budidaya yaitu, total alkalinitas sekitar 80-120 ppm.
5.2  Saran
            Saran saya sebagai praktikan yaitu agar dalam usaha budidaya kisaran alkalinitas yang baik yaitu tidak di bawah 100 ppm.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E., dan Liviawati, E., 1992.  Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan.  Kanisius, Yogyakarta.
Effendi, H., 2003.  Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.  Kanisius, Yogyakarta.
Kordi, 2004.  Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan.  Rineka Cipta dan Bina Adiaksara, Jakarta.
Suyanto, 1995.  Budidaya Udang Windu.  Swadaya, Jakarta.